HomeCelotehAnies, Antara Soeharto dan Jokowi

Anies, Antara Soeharto dan Jokowi

“Belajarnya yang rajin, ya. Saya mau berpesan, sering-sering, setiap hari baca. Adik-adik boleh baca apa saja. Yang penting, setiap hari baca buku”.  – Anies Baswedan, dalam kunjungan ke SD Negeri 04, Cawang, Jakarta Timur pada 18 Oktober 2017 lalu


PinterPolitik.com

Membaca adalah jendela dunia. Kata-kata itu seperti sudah terpatri mungkin sejak pertama kali seorang anak masuk ke sekolah. Setidaknya seperti itulah para gurunya akan mengajarinya atau minimal menyinggung tentang kebiasaan membaca tersebut.

Well, tak ada yang salah sih. Elon Musk yang empunya perusahaan mobil listrik Tesla dan perusahaan perjalanan luar angkasa SpaceX misalnya, dulu belajar bikin roket dengan membaca cara-caranya.

Terus Warren Buffet yang empunya Berkshire Hathaway – perusahaan investasi yang menguasai saham di brand-brand terkenal macam Duracell hingga Coca-Cola – membaca antara 600 hingga 1000 halaman per hari saat awal-awal memulai karirnya.

Bill Gates yang empunya Microsoft dan kini jadi salah satu orang terkaya di dunia, membaca setidaknya 50 buku dalam satu tahun. Dan masih banyak lagi kalau listnya diteruskan.

Intinya, membaca itu memang penting untuk menuju kesuksesan. Mungkin itulah yang menjadi intisari – bukan minuman loh ya – yang ingin disampaikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam salah satu foto terbarunya.

Iyess, foto Anies sedang membaca buku emang lagi jadi perbincangan hangat beberapa hari terakhir. Pasalnya, buku yang dibaca Anies merupakan karya Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt yang berjudul How Democracies Die.

Nggak ada yang salah sih sebenarnya dari aksi Anies dan bacaannya tersebut. Namun, emang netizen maha benar, langsung deh unggahan Anies itu dianggap sebagai sindiran atas kondisi yang sedang terjadi saat ini, utamanya terhadap pemerintahan Presiden Jokowi.

Baca juga :  Dirangkul Prabowo, Akhir "Menyedihkan" Megawati?

Pasalnya, emang tuduhan makin melemahnya demokrasi kini tengah dialamatkan pada pemerintahan yang saat ini berkuasa. Well, pengesahan UU Cipta Kerja beberapa waktu lalu yang nggak sesuai aspirasi masyarakat adalah salah satu contohnya. Makanya, sindiran Anies – kalau emang benar tujuannya untuk itu – benar-benar tajam juga. Uppps.

Tapi, kocaknya lagi, netizen juga membanding-bandingkan bacaan Anies itu dengan bacaan Presiden Jokowi. Publik mungkin masih ingat ketika Jokowi juga pernah mengunggah foto aktivitas membacanya. Namun, yang dibacanya saat itu adalah komik Si Juki karya Faza Menonk.

Makanya, bacaan Anies yang “berat” dianggap jauh lebih “berkualitas” dibandingkan bacaan Jokowi. Lalu netizen seolah menghakimi kualitas kepemimpinan dari bacaan tersebut.

Hmm, emang netizen ya, suka-sukanya aja kalau bikin kesimpulan. Lagian nggak selalu berhubungan loh antara membaca dan kekuasaannya. Banyak juga kok pemimpin yang nggak terobsesi dengan bacaan, namun tetap bisa sukses memimpin. Contohnya Soeharto, Megawati Soekarnoputri, atau kalau di Amerika Serikat ada Donald Trump dan Geroge W. Bush.

Tokoh terkenal seperti rapper Kanye West dan CEO Intel Brian Krzanich juga mengaku jarang membaca buku juga loh.

Wih, so, you get the points, right? Silahkan ditafsirkan sendiri. Hehehe. (S13)


Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.

Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Opsi mendiskualifikasi Gibran sebagai cawapres, tetapi tetap mengesahkan kemenangan Prabowo adalah pilihan yang tengah didiskusikan oleh banyak pihak menuju pembacaan putusan MK terkait sengketa Pilpres 2024.