HomeCelotehAlasan Luhut Tak Setujui Anies

Alasan Luhut Tak Setujui Anies

“Kalaupun menerapkan PSBB 10 kali lipat, percuma saja tanpa disiplin”. – Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Kemaritiman dan Investasi


PinterPolitik.com

Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan emang jadi salah satu tokoh yang paling banyak disorot di pemerintahan Presiden Jokowi. Well, mau gimana lagi, doi emang salah satu tokoh paling berpengaruh di pemerintahan Pak Jokowi, sehingga udah pasti jadi sorotan utama.

Yang terbaru, Pak Luhut ikutan mengkritik kebijakan PSBB total yang diambil oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Menurut Pak Luhut, kebijakan tersebut tak ada gunanya kalau tidak diikuti oleh kedisiplinan dari masyarakat.

Bahkan, PSBB 10 kali lipat pun nggak ada gunanya sama sekali jika masyarakat tidak disiplin. Hmm, tapi yang menarik, pernyataan ini disampaikan ke media asing. Wawancara tersebut dikutip dari media Inggris, The Sunday Times dan dimuat lagi oleh media Singapura, The Straits Times.

Mungkin Pak Luhut memang sengaja nggak mau memberikan pernyataan ini ke media lokial. Soalnya bisa makin ribut kondisi politik dalam negeri yang bisa berujung pada makin nggak kondusif suasana penyelesaian krisis yang diakibatkan oleh Covid-19 ini.

Tapi ini juga kayak jadi penegas benturan yang terjadi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, terutama dengan Pemprov DKI Jakarta. Jadi semacam babak selanjutnyalah dari benturan yang sudah pernah terjadi sebelum-sebelumnya.

Sayangnya, stand point-nya Pak Anies juga cukup kuat. Pasalnya, jika aktivitas dan pergerakan masyarakat tidak dibatasi, maka penyebaran virus ini akan semakin cepat terjadi. Dengan demikian, pilihan untuk menerapkan kembali PSBB total punya implikasi yang besar.

Apalagi, rumah sakit dan Wisma Atlet yang dipakai untuk mengisolasi para pasien Covid-19 juga sudah mulai over kapasitas. Jika ini dibiarkan terus, maka akan ada suatu titik ketika rumah sakit tidak bisa lagi menyediakan layanan untuk orang-orang yang benar-benar membutuhkan, dan dengan demikian, angka kematian juga dengan sendirinya akan meningkat.

Baca juga :  Lolos "Seleksi Alam", PKS-PKB Seteru Abadi?

Artinya, dasar argumentasi bahwa yang dibutuhkan adalah hanya mendisiplinkan masyarakat bisa dibantah. Soalnya, bisa dipastikan kedisiplinan saja tidak akan cukup. Baik pembatasan aktivitas maupun penegakan protokol kesehatan sudah selayaknya dijalankan secara bersama-sama dalam situasi seperti sekarang ini.

Hmm, pertentangan antara pemerintah pusat dengan pemprov DKI Jakarta ini mirip-mirip dengan kisah pertentangan antara Julius Caesar yang ingin menaklukkan orang-orang Galia. Sayangnya orang-orang Galia punya Asterix dan Obelix yang kemudian menjadi kunci melawan orang-orang Roma tersebut.

Mungkin Pak Luhut kudu hati-hati nih. Soalnya, persepsi yang buruk bisa saja timbul dari masyarakat ketika kebijakan Pak Anies justru ditentang habis-habisan. Well, walaupun Caesar akhirnya bisa memenangkan pertentangan, jangan lupakan pula bagaimana kuatnya Asterix dan Obelix. (S13)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.

Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Opsi mendiskualifikasi Gibran sebagai cawapres, tetapi tetap mengesahkan kemenangan Prabowo adalah pilihan yang tengah didiskusikan oleh banyak pihak menuju pembacaan putusan MK terkait sengketa Pilpres 2024.

MK Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran, Tapi Sahkan Prabowo?

Pendapat menarik diungkapkan oleh Denny Indrayana yang menyebut Mahkamah Konstitusi (MK) bisa saja hanya mendiskualifikasi Gibran dan tetap mensahkan kemenangan Prabowo sebagai presiden.