HomeBelajar PolitikLuhut Panjaitan Tidak Konsisten?

Luhut Panjaitan Tidak Konsisten?

“Politisi tidak bodoh, tapi hanya pura-pura pintar.”


PinterPolitik.com

[dropcap]B[/dropcap]erbeda dengan anak-anak jaman now, waktu saya masih kecil kisaran umur sembilan tahun, gadget belum menjadi barang yang primadona seperti sekarang. Untuk mengusir rasa bosan sehari-hari, di umur segitu biasanya saya bermain di luar rumah atau menonton televisi.

Memang sih di era itu serial televisi masih belum sebanyak seperti sekarang. Tapi mau gimana, dari pada bengong atau megang buku matematika yang membosankan, mau enggak mau ditonton aja deh. Lagian juga kan masih bocah, yang penting ada gambar dan ada suaranya juga, udah seru. Ehehehe.

Oh iya, ngomong-ngomong soal film jadul, ada nih satu film yang masih saya ingat banget sampai hari ini. Film itu bercerita tentang raja yang tegas, namun mudah didikte orang lain. Akibatnya sang raja sering kali mudah dimanfaatkan oleh orang-orang di sekitarnya.

Tapi kalau benar-benar ditelaah lagi, sepertinya pada era itu stasiun televisi sering banget deh memutar film yang menggambarkan pemeran utama yang mudah tertipu oleh orang-orang di sekitarnya. Apa mungkin orang-orang generasi old banyak yang mempunyai sifat seperti itu?

Jadi aktor utamanya selalu demikian dan orang sekelilingnya suka banget memanfaatkan sifat pemeran utama itu demi kepentingannya sendiri. Ckckck, amit-amit deh semoga hal ini hanya perasaan saja.

Btw kalau bicara soal aktor, kok ingatan saya langsung mengarah ke Pak Luhut ya? Apa mungkin karena tadi pagi saya baca berita soal Luhut yang ngomong begini:

“Jadi kalau dibilang, misalnya, dibilang kriminalisasi ulama, dari mana? Sejak saya kenal 12 tahun lalu, dia (Jokowi) tukang sembahyang, tukang puasa. Yang sebelah sana kita belum jelas juga.”

Baca juga :  Tiongkok Kolonisasi Bulan, Indonesia Hancur? 

Waduh-waduh, ngeri ya Pak Luhut ngomongnya soal lawannya Pakde. Padahal dulu doi kan seniornya di militer dan sempat jadi rekan bisnisnya juga. Selain itu Pak Luhut kan juga pernah bilang sama Prabowo begini soal isu agama:

“Boleh beda pendapat, tidak perlu musuhan, tidak perlu dendam. Kita nggak cocok dalam konteks ini ya tidak apa-apa. Tapi nggak perlu musuhan. Maju maju saja, tapi jangan pakai agama.”

Hmmm, dia yang minta jangan pakai isu agama, eh dia juga yang akhirnya nyerang pakai isu agama. Ckckck. Oh iya pembahasan ini sama hobi saya nonton film waktu kecil enggak ada kaitannya ya! Inget, beda konteks loh dengan siaran televisi jaman old. (G42)

spot_imgspot_img

#Trending Article

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

Triad, Grup Mafia Penguasa Asia?

Kelompok mafia tidak hanya ada di negara-negara Barat, di Asia, sebuah kelompok yang disebut Triad kerap disamakan dengan mafia-mafia ala Italia. Bagaimana sejarahnya?

Manuver Mardiono, PPP “Degradasi” Selamanya?

Kendati belakangan berusaha tetap membawa PPP eksis di kancah perpolitikan nasional dengan gestur merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, Muhamad Mardiono agaknya tetap akan cukup sulit membawa PPP bangkit jika tak membawa perubahan signifikan. Mengapa demikian?

Simpati, ‘Kartu’ Rahasia Prabowo?

Prabowo meminta relawan dan pendukungnya untuk tidak berdemo agar jaga perdamaian dan tensi politik. Apakah ini politik simpati ala Prabowo?

Sembako Siap Melambung Akibat Iran? 

erang Iran-Israel diprediksi akan berdampak besar pada ekonomi Indonesia. Mengapa demikian? 

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.

Ini Rahasia Jokowi Kalahkan Megawati?

Kendati diprediksi melemah pasca kepresidenan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai memiliki kunci rahasia agar tetap bisa memiliki pengaruh dalam politik dan pemerintahan. Bahkan, Jokowi agaknya mampu untuk melampaui kekuatan dan pengaruh Megawati Soekarnoputri. Mengapa demikian?

Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Opsi mendiskualifikasi Gibran sebagai cawapres, tetapi tetap mengesahkan kemenangan Prabowo adalah pilihan yang tengah didiskusikan oleh banyak pihak menuju pembacaan putusan MK terkait sengketa Pilpres 2024.

More Stories

Rocky Gerung Seng Ada Lawan?

“Cara mereka menghina saja dungu, apalagi mikir. Segaris lurus dengan sang junjungan.” ~ Rocky Gerung PinterPolitik.com Tanggal 24 Maret 2019 lalu Rocky Gerung hadir di acara kampanye...

Amplop Luhut Hina Kiai?

“Itu istilahnya bisyaroh, atau hadiah buat kiai. Hal yang lumrah itu. Malah aneh, kalau mengundang atau sowan ke kiai gak ngasih bisyaroh.” ~ Dendy...

KPK Menoleh Ke Prabowo?

“Tetapi kenyataannya, APBN kita Rp 2.000 triliun sekian. Jadi hampir separuh lebih mungkin kalau tak ada kebocoran dan bisa dimaksimalkan maka pendapatan Rp 4.000...